Pernahkah kita membayangkan bagaimana cara kerja otak komputer yang begitu cepat menyelesaikan masalah kompleks? Nah, ternyata pola pikir seperti itu bisa kita latih juga dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini dikenal dengan Computational Thinking (CT) atau berpikir komputasional.
CT bukan sekadar tentang belajar coding atau memahami mesin, melainkan tentang melatih otak untuk berpikir sistematis, logis, dan kreatif dalam menyelesaikan persoalan. Itulah mengapa banyak ahli menyebut bahwa CT adalah literasi baru di abad 21, sejajar dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Artikel ini akan membawa kita menyelami dunia computational thinking mulai dari definisi, sejarah, kontroversi, hingga bagaimana penerapannya dalam dunia pendidikan. Yuk, mari kita kupas tuntas!
Apa Itu Computational Thinking?
Secara sederhana, computational thinking adalah cara berpikir yang mengadaptasi logika komputasi untuk memecahkan masalah. Jeanette Wing, seorang ilmuwan komputer, pertama kali memperkenalkan istilah ini secara luas pada tahun 2006. Menurutnya, CT bukan hanya untuk programmer, tapi untuk semua orang di berbagai bidang.
Komponen utama CT biasanya mencakup:
-
Dekomposisi – memecah masalah besar menjadi bagian-bagian kecil.
-
Pengenalan Pola – menemukan kesamaan atau pola dalam masalah.
-
Abstraksi – menyaring informasi penting dan mengabaikan hal yang tidak relevan.
-
Algoritma – merancang langkah-langkah sistematis untuk menyelesaikan masalah.
Sejarah Singkat Computational Thinking
Meskipun istilah CT populer pada awal abad ke-21, akar konsepnya sudah ada sejak lama. Pada tahun 1980-an, Seymour Papert memperkenalkan bahasa pemrograman LOGO sebagai sarana untuk mengajarkan anak-anak berpikir logis. Namun, baru setelah Wing menuliskannya dalam esai ilmiah, CT mendapat perhatian besar dalam dunia pendidikan.
Mengapa Computational Thinking Penting?
Di era digital, kita berhadapan dengan masalah kompleks setiap hari, mulai dari analisis data, pengelolaan informasi, hingga otomatisasi pekerjaan. Tanpa pola pikir komputasional, kita bisa kewalahan.
Manfaat CT antara lain:
-
Melatih berpikir kritis – tidak hanya menerima informasi, tapi menganalisisnya.
-
Mendorong kreativitas – menemukan solusi alternatif yang efisien.
-
Meningkatkan produktivitas – menyelesaikan masalah dengan cepat dan terstruktur.
-
Mempersiapkan masa depan – terutama bagi siswa dan tenaga kerja di era digital.
Kontroversi Seputar Computational Thinking
Meski dianggap penting, CT bukan tanpa kritik. Beberapa kontroversi yang sering muncul antara lain:
-
CT terlalu identik dengan komputer
Banyak yang salah kaprah bahwa CT hanya relevan di bidang IT. Padahal, konsepnya bisa diterapkan di banyak bidang seperti biologi, bisnis, bahkan seni. -
Miskonsepsi bahwa CT = Coding
Mengajarkan coding saja tidak otomatis berarti mengajarkan CT. Coding hanyalah salah satu cara untuk melatih CT, bukan keseluruhan konsepnya. -
Tantangan dalam penerapan di sekolah
Tidak semua guru memahami CT. Akibatnya, implementasi di kelas sering kali dangkal dan hanya berhenti pada hafalan konsep, bukan pada praktik berpikir.