Kondisi kita saat ini tak bisa diubah tanpa kita sendiri yang mau mengubahnya. Sadari kekurangan, perbaiki diri, dan maksimalkan potensi. Saat kesempatan datang, manfaatkan, maka semua impian bisa menjadi kenyataan.
Kita tak pernah bisa memilih, bagaimana, di mana, kapan, serta latar belakang seperti apa kita dilahirkan. Ada yang terlahir kaya, miskin, dengan beragam suku bangsa serta agama. Semua itu hanya bisa dan akan berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan sekitar di mana kita lahir dan tumbuh.
Karena itu, apa pun latar belakang dan kondisi di mana kita dilahirkan, sudah selayaknya kita harus tetap bersyukur. Sebab, tak ada makhluk yang dicipta tanpa tujuan dan makna dalam hidupnya. Dan, dengan kesadaran yang penuh tentang pengertian bahwa kita pasti tercipta dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, kita seharusnya bisa memaksimalkan daya dan upaya untuk mencapai sukses yang kita damba.
Untuk itu, satu hal utama yang harus dilakukan adalah melihat ke dalam diri, apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki. Apa saja hal yang harus diperbaiki, dikoreksi, dan bisa dimaksimalkan. Ini sejalan dengan pepatah Tiongkok kuno yang menyebutkan: “Jika kamu miskin, berubahlah, maka kamu akan sukses”.
Pepatah ini mengajarkan bahwa untuk mencapai sukses, seseorang harus berubah. Sebab, saat kita menghasilkan sesuatu yang tidak kita suka namun tetap melakukan sesuatu terus-menerus dan masih saja melakukannya dengan cara yang sama, dan mengharapkan hasil yang berbeda, itu merupakan sebuah kemustahilan.
Maka, kita harus mampu berubah. Agar mencapai hasil yang berbeda, kita harus mau berubah. Tentu, tak sekadar berubah begitu saja. Tapi, berubah jadi lebih baik dan lebih maksimal lagi dalam berkarya.
Hal yang harus dilakukan adalah menyadari “posisi” kita saat ini. Apa saja yang kita miliki, apa saja kemampuan yang kita kuasai. Pelajari ke dalam diri, potensi apa saja yang masih bisa kita tingkatkan. Dengan cara ini, kita akan menemukan fondasi yang kokoh untuk mencari jalan menuju kesuksesan.
Dan, sebaliknya, jika kita hanya meratapi kekurangan yang ada pada diri dan bahkan sering menyalahkan pihak luar atau kondisi yang menjadi penyebab ketidaksuksesan kita hanya akan jadi makhluk tanpa daya yang tak kan mampu keluar dari “zona negatif” yang mengungkung diri.
Kita bisa menyimak banyak tokoh di dunia yang mengawali kisah suksesnya dari keterpurukan. Ada yang cacat, ada yang sering dicemooh, ada yang sangat miskin, ada yang dicap sebagai anak bodoh, dan berbagai hal yang dianggap adalah kemustahilan sebelumnya.
Namun, mereka dengan gagah berani meski tentu tak sedikit yang pernah pula nyaris putus asa menghadapi semua tantangan dan ujian tersebut. Dan, dengan kerja keras, usaha nyata, mereka mampu melewati semua badai kehidupan dan mengukir tinta emas pada sejarah dunia.
Cerita pendek berikut bisa menjadi penggambaran perbedaan orang yang menyadari kekurangan dan mau berubah, dan orang yang memilih untuk berdiam diri saja, menunggu peruntungannya.
Alkisah, ada dua orang pemuda miskin yang bersahabat sejak kecil. Dari lingkungan yang miskin itulah, mereka sering kali berkhayal, bagaimana rasanya menjadi orang yang kaya dan serba berkecukupan.
Saat mereka beranjak dewasa, mereka berkesempatan untuk bekerja pada seorang pedagang besar yang cukup terpandang.
Kala itu, mereka menjadi buruh angkut barang di pelabuhan. Mereka pun kembali berkhayal, bagaimana agar bisa memperbaiki nasib, bahkan kalau bisa menjadi seperti sang pedagang besar.
Pemuda pertama memilih untuk melakukan sesuatu. Ia bekerja lebih keras dan lebih cepat. Ia mengatakan pada kawannya, bahwa dengan bekerja keras, kemungkinan besar ia akan mendapatkan upah lebih besar dan kepercayaan dari sang pedagang, sehingga bisa segera naik kelas, paling tidak agar tak lagi menjadi buruh angkut saja.
Sedangkan pemuda kedua, merasa ia tak punya modal selain tenaga, memilih untuk melakukan apa adanya, sesuai dengan upah yang dibayarkan saat itu. Meski mereka berdua berkhayal dengan impian yang sama, pemuda pertama bekerja lebih giat dan tekun untuk mewujudkan impian itu. Sementara pemuda kedua hanya menjadikan impian itu sebagai lamunan belaka.
Bulan demi bulan berlalu. Tanpa disadari, sang pedagang sering mengawasi pekerjanya. Dan, dia terkesan dengan pekerjaan si pemuda pertama yang terlihat sangat cekatan, melebihi buruh yang lain. Maka, dipanggilnyalah si pemuda pertama.
Dan, saat ditanya, mengapa ia bekerja lebih keras dibandingkan rekan-rekannya, ia menjawab, dirinya punya impian untuk mengubah nasib.
Singkat cerita, sang pedagang melihat kesungguhan si pemuda pertama. Maka, ia pun dipercaya menjadi kurir untuk mengantar pesan sang pedagang pada relasi-relasinya. Pekerjaan itu pun dilakukan dengan sangat cekatan dan penuh tanggung jawab.
Ia pun selalu bersikap baik dengan semua relasi sang pedagang, sehingga banyak relasi pedagang yang bersimpati padanya. Maka, tak heran jika si pedagang pun mau memberikan kepercayaan lebih besar pada pemuda pertama.
Tahun demi tahun. Si pemuda akhirnya sukses menjadi wakil sang pedagang. Dari sana, kehidupannya pun berubah seperti yang diimpikannya. Berkat kerja keras dan ketekunannya, si pemuda pertama mampu mewujudkan khayalannya menjadi nyata.
Begitulah, ada banyak orang sukses, yang menapaki jejak kesuksesannya dengan mau berubah. Mereka tak peduli komentar orang lain. Justru, dengan kritikan dan bahkan cemoohan, mereka terpacu untuk membuktikan bahwa impiannya bukan sekadar bualan. Mereka inilah sang pemenang sejati kehidupan.
Berkaca dari kisah tersebut, mari kita sadari posisi kita saat ini. Dan, mulai berubah dengan mengerahkan kekuatan yang kita miliki untuk memperbaiki diri. Landasi semua impian dengan tindakan nyata, niscaya pintu kesuksesan akan selalu terbuka.
Sumber : andriewongso.com