Pemberian vaksin virus corona (Covid-19) tidak boleh asal. Pasalnya, ada sejumlah kelompok masyarakat yang belum dianjurkan menerima vaksin tersebut.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RA Adaninggar mengatakan ada 19 kondisi khusus dalam pemberian vaksin Covid-19, khususnya buatan Sinovac yang saat ini dipakai di Indonesia. Berikut daftarnya :
1. Pernah terkonfirmasi Covid-19
Kelompok ini dianggap sudah memiliki antibodi protektif, karenanya bukan menjadi prioritas utama pemberian vaksin. Kalaupun seandainya tidak sengatan disuntik vaksin karena tidak pernah periksa sebelumnya, kata Adaninggar tidak masalah.
2. Sedang kontak erat/suspek/probable Covid
Menurutnya harus dipastikan duy bukan Covid dengan pemeriksaan PCR. Jika positif Covid-19, kelompok ini tidak divaksin.
3. Lansia
Adaninggar mengatakan sejauh ini efikasi yang tidak terlalu berbeda dengan kelompok lain (vaksin mRNA). Oleh karena itu, para lansia perlu menunggu hasil penelitian Brasil.
4. Sedang mengalami gejala ISPA 7 hari terakhir
Mereka yang mengalami ini, sistem imun tubuhnya dinyatakan sedang aktif. Oleh karena itu menyulitkan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Perlu ditunggu gejala ISPA sembuh dan dipastikan bukan Covid.
5. Sedang hamil atau menyusui
Belum ada data keamanan dari semua uji klinis fase 3 vaksin yang sudah dilakukan.
6. Penyakit jantung (gagal jantung/penyakit jantung koroner)
Adaninggar menjelaskan ini kondisi inflamasi kronik yang bisa memunculkan respon imun berbeda erhadao vaksin dan meningkatkan risiko KIPI.
Pengaruh obat terhadap penderita penyakit jantung juga bisa memunculkan respon antibodi lemah yang berujung pada kegagalan vaksin.
Saat ini, para ahli masih menunggu laporan uji klinis fase 3 di Brasil.
7. Penyakit ginjal (gagal ginjal kronik, sindroma nefrotik)
Kata Adaninggar tergantung stadium penurunan fungsi ginjalnya, karena bisa menurunkan respin vaksin dan serokonversi.
Kendati demikian, mereka tetap menjadi kandidat vaksin namun dengan strategi khusus. Laporan terkait kelompok ini masih ditunggu.
8. Penyakit Autoimun
Mereka berisiko aktivasi imun hingga penyakit flare up. Penderita autoimun perlu menunggu laporan Brasil Dan penelitian lebih lanjut.
9. Penyakit kelainan darah (leukimia, limfoma, myelodysplastic)
Kemoterapi bisa menyebabkan kegagalan vaksin. Dianjurkan vaksin sebelum kemoterapi atau ditunda 6-12 bulan setelah kemoterapi selesai.
Hingga saat ini belum ada data keamanan yang meyakinkan.
10. Penyakit keganasan atau kanker lain
Alasannya sama seperti penyakit kelainan darah dan perlu strategi khusus.
11. Diabetes melitus
Bila tidak terkendali, bisa menyebabkan kegagalan vaksin. Penderita diabetes melitus boleh diberikan vaksin bila kondisi terkontrol (HbA1c <7,5%).
12. Penyakit saluran cerna kronis bukan gastritis kronis atau GERD
Penyebab autoimun alasannya sama dengan penyakit autoimun sebelumnya. Gastritis kronis dan GERD bukan kontraindikasi.
13. Hipertensi
Bukan kontraindikasi. Mereka boleh divaksin bila hipertensi terkendali (TD<140/90 mmHg). Kendati demikian kata Adaninggar perlu menunggu hasil uji klinis di Brasil.
14. Gangguan psikosomatis
Dia menjelaskan sebaiknya diperbaiki terlebih dahulu kondisi stresnya karena berpotensi mengalami pingsan atau sinkop setelah disuntik.
15. Infeksi HIV/kondisi umum lemah lain
Dapat menerima vaksin lebih aman bila hitung CD4>200. Penelitian lebih lanjut perlu ditunggu
16. Penyakit paru obstruktif kronis
Bisa berisiko kegagalan vaksin. Karenanya perlu menunggu hasil penelitian.
17. Asma atau infeksi tuberculosis
Vaksinasi perlu ditunda sampai asma terkendali dengan baik. Penderita TBC boleh vaksin setelah lebih dari 3 Minggu mendapatkan obat TBC.
18. Riwayat alergi/alergi berat di suntikan pertama.
Mereka berisiko alergi berat khususnya jika vaksin jenis mRNA.
19. Pendonor darah
Adaninggar menyebut mereka tetap boleh divaksin. Sebaiknya menjadi donor lagi setelah 6-8 Minggu sesudah vaksin (saat liter antibodi sudah tinggi dan ada sel memori)
Sumber: Bisnis.com