Pandangan Ulama Berbeda
-
Ulama yang mendukung melihat Maulid sebagai sarana meningkatkan iman, memperkuat kecintaan kepada Rasul, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
-
Ulama yang menolak umumnya berhati‑hati terhadap praktik‑praktik yang dianggap menyimpang dan memperingat bahwa jika Maulid dijadikan ritual wajib, atau meniru hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul dan sahabat, maka ia menjadi bid’ah yang tercela.
Peran Maulid dalam Memperkokoh Cinta dan Teladan Nabi
Inilah beberapa cara Maulid menjadi medium agar kita:
-
Lebih memahami sirah (kehidupan Nabi), mulai dari kelahiran, masa kecil, dakwah, hijrah, hingga wafatnya.
-
Memupuk akhlak mulia seperti kasih sayang, kejujuran, tolong-menolong, dan toleransi, sebagaimana teladan Nabi.
-
Memotivasi diri untuk melakukan amal saleh: sedekah, shalawat, dzikir, membaca Al‑Qur’an dan mengamalkan sunnah.
Maulid Nabi dan Kebersamaan Sosial
Maulid tidak sekadar berkutat pada ritual ibadah pribadi—ada aspek sosial yang sangat penting:
-
Acara massal di masjid atau musholla membantu memperkuat ukhuwah Islamiyah.
-
Kegiatan sosial seperti pemberian santunan kepada fakir miskin, penyediaan makanan, pengajian terbuka menarik semua lapisan masyarakat.
-
Tradisi lokal memberikan kesempatan pelestarian budaya sambil tetap dalam koridor keislaman.
Maulid Nabi dalam Kurikulum Pendidikan Islam
-
Banyak sekolah Islam memasukkan cerita kehidupan Nabi sebagai materi pembelajaran sepanjang tahun, bukan hanya di bulan Maulid.
-
Peringatan Maulid di sekolah sering menjadi momen projek budaya, lomba pidato, menghafal sirah, serta pembacaan shalawat dan nasyid.
-
Ini membantu generasi muda agar tidak hanya tahu tanggalnya, tapi memahami makna dan aplikasinya.
Tantangan dan Kesalahan dalam Peringatan Maulid
Walaupun berniat baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar Maulid tetap sesuai dengan syariat dan manfaat:
-
Menghindari praktik yang berlebihan atau tidak sesuai agama (hiburan yang tidak pantas, musik yang melanggar, atau unsur menyimpang).
-
Tidak menjadikan Maulid sebagai ajang komersial semata.
-
Menjaga niat agar tulus karena Allah dan Rasul, bukan mencari popularitas.
-
Memastikan pemahaman bahwa Maulid bukan kewajiban ritual agama, tapi sunnah yang baik bila dilakukan secara benar.
Tips Mengikuti Peringatan Maulid yang Bermakna
-
Pastikan acara dipandu oleh ulama atau orang yang memahami agama.
-
Isi dengan sirah Nabi, pembacaan hadits, shalawat, dzikir.
-
Libatkan kegiatan sosial: sedekah, berbagi makanan, santunan anak yatim.
-
Hindari pemborosan atau acara yang membuang waktu dan uang tanpa manfaat.
-
Ikuti tradisi lokal yang positif, tapi diwujudkan dengan cara yang tetap sesuai syariat.
Kesimpulan
Maulid Nabi adalah lebih dari sekadar perayaan hari kelahiran Rasulullah SAW. Ia adalah momen refleksi, pembelajaran, dan penguat iman. Sejarahnya menunjukkan bahwa Maulid bukanlah praktik yang muncul langsung dari masa Nabi SAW, tetapi berkembang seiring waktu sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur. Bila dilakukan dengan niat yang baik, memahami makna, tanpa berlebihan, Maulid dapat menjadi sarana luar biasa untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah, meneladani akhlaknya, dan mempererat tali silaturahim umat Islam. Di tengah perbedaan pandangan, yang utama adalah menjadikannya sebagai momentum spiritual, bukan sekadar tradisi kosong.
FAQ
1. Apakah Maulid Nabi itu diwajibkan dalam Islam?
Tidak. Sebagian ulama berpendapat bahwa Maulid Nabi bukan kewajiban (fardhu), melainkan sunnah atau tradisi yang diperbolehkan asalkan tidak keluar dari syariat. Beberapa kelompok menganggapnya bid’ah jika diperlakukan seolah-olah wajib.
2. Mengapa tanggal 12 Rabiul Awal dipilih sebagai hari Maulid?
Karena banyak riwayat menyebut Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal tersebut. Walaupun ada beberapa variasi perhitungan dalam kalender Hijriyah, secara umum umat Islam menerima tanggal itu sebagai hari kelahiran beliau.
3. Siapa yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi?
Ada beberapa pendapat: dinasti Syiah Ubaidiyah di Mesir, Sultan Muzhaffar Al‑Kaukabri di Irbil, dan Sultan Salahuddin Al‑Ayyubi. Tidak ada konsensus tunggal, tetapi banyak ahli sejarah menyebut Sultan Muzhaffar sebagai salah satu pelopor.
4. Apakah perayaan Maulid selalu sama di setiap daerah?
Tidak. Cara perayaan berbeda‑beda tergantung budaya lokal. Di Indonesia saja ada Grebeg Maulid, Endog‑endogan, Sebar Udikan, dan tradisi lainnya. Tetapi inti perayaannya tetap sama: mengenang Nabi SAW dan meneladani akhlaknya.
5. Bagaimana cara agar peringatan Maulid tetap sesuai syariat?
Beberapa hal penting: niat yang ikhlas, isi acara yang agama‑berisi, tidak berlebih‑lebiha n, menghindari hal‑hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, menjaga supaya tidak menjadi ajang komersial, dan menjadikannya sebagai sarana kebersamaan dan spiritualitas.