Rendahnya ekspektasi pasar terhadap pemulihan ekonomi di 2021, berpotensi menggiring indeks dollar AS di kisaran US$ 92 hingga US$ 96 dalam beberapa waktu ke depan. Namun, jika Biden berhasil memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020, indeks dollar AS kemungkinan bakal naik.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Jumat (16/10), indeks dollar AS di pasar spot koreksi 0,19% ke level US$ 93,68. Meskipun begitu, angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan Jumat (9/10) yang berada US$ 93,06.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto menilai, selain ekspektasi pemulihan ekonomi ke depan, perkembangan Covid-19 juga turut menjadi perhatian pasar.
Ini mengingat, tren kasus Covid-19 di beberapa negara berpopulasi besar masih menunjukkan peningkatan. Di sisi lain, perkembangan vaksin Covid-19 belum ada yang lolos tahapan uji menyeluruh.
“Sementara itu, tren bunga moneter Amerika Serikat (AS) juga masih rendah dalam beberapa periode ke depan,” kata Myrdal kepada Kontan, Minggu (18/10).
Terkait musim pemilu AS yang semakin dekat, Myrdal memandang kemenangan Joe Biden ataupun Donald Trump ke depan bakal memberikan implikasi berbeda. Di mana, Trump kemungkinan akan terus membuat tensi perang dagang tetap tinggi.
Sebaliknya, jika Biden yang terpilih menjadi presiden AS selanjutnya, ada kemungkinan perang dagang antara AS dengan China bisa segera di akhiri. Dengan kondisi tersebut, maka arah pemulihan ekonomi dunia bisa berbeda, sehingga bisa mempengaruhi laju kebijakan moneter globarl dan juga pasar forex global.
“Indeks dollar AS (DXY) kemungkinan naik (Biden menang), terdorong berbagai sentimen positif, terutama ekspektasi tensi geopolitik yang menurun,” tandasnya.
Adapun kondisi nilai tukar rupiah saat ini tidak bisa hanya mengacu pada prospek indeks dollar AS saja. Menurut Myrdal, porsi pengaruh investor asing di pasar saham domestik maupun surat utang negara (SUN) terus menurun.
Selain itu kondisi defisit neraca berjalan juga semakin rendah dan turut berpengaruh pada kondisi mata uang Garuda saat ini.
sumber : kontan.co.id